Catatan Perjalanan :
Sehari Di Selatannya Denver
1. Menuju Ke Jembatan Gantung
Royal Gorge
Hari Sabtu, 9
Desember 2000, setelah tidur-tidur ayam sehabis makan sahur dan
subuhan, sekitar jam 08:00 pagi saya baru menyat (bangkit)
dari kasur empuknya sebuah hotel di kota Golden, Colorado.
Kebetulan hari itu adalah hari ke-13 bulan Ramadhan 1421 H.
Kebiasaan seperti
itu saya lakukan sejak enam hari sebelumnya. Cuma biasanya
sebelum jam 08:00 saya sudah berangkat meninggalkann hotel menuju
ke tempat kursus di kampus Colorado School of Mines (CSM) yang
berjarak hanya 250 m dari hotel, atau kurang dari 10 menit jalan
kaki. Saat itu adalah pertengahan musim dingin yang hawa udara
paginya seringkali menyebabkan sulit menahan keinginan untuk
menarik selimut lebih tinggi.
Kursus Mine
Evaluation bersama Pak Frank dan John Stermole sudah
selesai hari Jumat kemarinnya, dan hari Sabtu adalah hari
bebas saya sebelum hari Minggu besoknya kembali ke New Orleans
yang berjarak sekitar empat jam penerbangan. Dalam mengisi hari
bebas itu saya merencanakan untuk berjalan-jalan ke tempat-tempat
di seputaran kota Denver dan Golden yang belum pernah saya
kunjungi. Untuk itu saya telah merencanakan untuk memanfaatkan
fasilitas perusahaan dengan memperpanjang sehari menginap di
hotel dan menyewa mobil, atas biaya perusahaan.
KKN? Tidak juga.
Melainkan sekedar mengambil keuntungan dari win-win situation.
Lho, kok bisa?
Sejak sekitar
tiga minggu sebelum saya berangkat dari New Orleans, saya sudah
mengatur pemesanan pesawat dan hotel melalui agen perjalanan yang
ada di kantor. Karena kursus dimulai hari Senin dan selesai
Jumat, maka jadwal yang saya buat, biar tidak membuang
waktu, adalah berangkat hari Minggu dan kembali hari Sabtu.
Rupanya oleh pihak agen perjalanan, saya dihadapkan dengan
pilihan itinerary (rencana perjalanan) yang benar-benar
tidak mudah untuk saya pahami, tetapi tidak dapat saya hindari.
Pilihannya adalah
: kalau saya berangkat menuju Denver hari Minggu dan kembali ke
New Orleans hari Sabtu, maka harga tiket pesawat pulang pergi
sekitar US$1,600. Tetapi kalau saya mau berangkat hari Minggu dan
kembalinya diperpanjang sehari menjadi hari Minggu depannya, maka
harga tiket pesawat pulang-pergi hanya sekitar US$560. Ada
perbedaan harga sekitar US$1,040, padahal dengan pesawat yang
sama. Dihadapkan dengan pilihan rencana perjalanan yang membuat
saya tidak mudeng (paham) ini, saya tidak dapat langsung
memutuskan.
Saya inginnya
pulang hari Sabtu agar tidak kehilangan kesempatan untuk berpuasa
di rumah bersama keluarga dalam dua kali hari Minggu. Pilihan ini
sebenarnya bisa saja saya ambil tanpa pusing-pusing soal ongkos
pesawat. Namun akhirnya dengan iktikad agar perjalanan dinas saya
ini tidak terlalu membebani pengeluaran perusahaan, saya memilih
mengorbankan dua kali kesempatan berhari Minggu bersama keluarga.
Akan tetapi, agar
hari Sabtunya saya tidak bengong atau krukupan
(berkerudung) selimut di kamar hotel saja, dan agar hari bebas
saya ini lebih produktif, saya akan mengisinya dengan
jalan-jalan ke luar kota. Untuk itu saya perlu menyewa kendaraan
sehari dan menginap semalam lagi di hotel plus biaya makan dengan
total tambahan biaya sekitar US$200. Tambahan makan sebenarnya
tidak seberapa, wong saya juga puasa. Kalau
dihitung-hitung, pilihan saya ini masih tetap akan menguntungkan
perusahaan sekitar US$840. Malah untungnya perusahaan
masih lebih banyak. Tapi ya, saya anggap saja ini keputusan yang
saling menguntungkan.
***
Menjelang jam 09:00 pagi saya tilpun ke
perusahaan penyewaan kendaraan. Menyadari bahwa pemesanan saya
mendadak, saya sudah membayangkan akan tidak mudah memperoleh
kendaraan sewaan. Pertama kali dijawab oleh petugasnya bahwa
kendaraan yang saya pesan sudah habis, tinggal ada sebuah truck.
Dalam hati saya tertawa sendiri, lha wong mau wisata kok
disuruh nyopir truck.
Sebenarnya yang dimaksud dengan truck
di sini adalah kendaraan sejenis pick up bak terbuka. Tapi
saya sudah terlanjur membayangkan sebutan truck dengan
truk yang biasa digunakan untuk ngangkut pasir, sapi, rombongan
pengantar haji atau jamaah NU yang mau menghadiri pengajian
kampanye di kampung saya.
Lima belas menit
kemudian saya tilpun lagi, dengan harapan akan diterima oleh
orang berbeda sehingga ada kemungkinan untuk dilakukan pengecekan
ulang. Ternyata benar juga, petugas berbeda yang kedua ini
menjawab tinggal ada sebuah truck dan sebuah sedan kelas mid
size. Tanpa pikir panjang saya menyetujui untuk menyewa yang
jenis sedan. Sekitar sepuluh menit kemudian saya sudah dijemput
oleh petugas car rental di hotel untuk mengurus ini-itu
soal sewa-menyewa. Baru sekitar jam 10:00 saya berangkat
meninggalkan kota Golden.
Tujuan saya
adalah menuju ke arah sebelah selatannya kota Denver.
Pertimbangannya, kalau ke arah utara dan barat saya akan banyak
ketemu dengan kawasan bersalju, padahal seminggu ini sudah
kedinginan terus. Sedangkan ke arah timur kurang ada obyek
menarik. Maka saya putuskan ke arah selatan saja, meskipun masih
juga berhawa dingin (lha wong musim dingin), namun
daerahnya relatif lebih rendah dan bukan kawasan yang sering
bersalju dibandingkan daerah utara atau barat Denver.
Atas saran mBak
Dinu, istrinya rekan Mas Bob Adibrata yang tinggal di Golden,
salah satu tempat yang dapat dipertimbangkan untuk dikunjungi
adalah Royal Gorge Bridge yang berjarak sekitar 150 mil (240 km)
dari Golden dan kira-kira dapat ditempuh dalam 3 jam perjalanan.
Setelah saya lihat di peta, kelihatannya rutenya tidak sulit dan
di sepanjang rute itu ada banyak obyek menarik lainnya yang dapat
saya kunjungi, jika waktunya memungkinkan.
Dari Golden saya
mengikuti jalan Highway 6 (Hwy 6) ke arah timur, lalu setiba di
kota Denver pindah ke jalan bebas hambatan Interstate 25 (I-25)
ke arah selatan menuju kota Colorado Springs. Jarak dari Denver
ke Colorado Springs sekitar 110 km. Rute perjalanannya cukup
enak, cuaca sangat cerah dan di sebelah-menyebelah beberapa ruas
jalan masih tampak sisa hamparan salju yang turun beberapa hari
sebelumnya dan menutupi kawasan perbukitan yang terbuka.
Hanya saja lalu
lintas cukup padat, maka saya memilih untuk berjalan dengan
kecepatan normal saja. Saya memang menghindari mencuri kecepatan,
apalagi di bulan puasa, karena saya menyadari bahwa kemampuan
saya untuk berkonsentrasi dalam keadaan puasa tentu berbeda
dengan ketika sedang tidak puasa.
Selepas kota
Colorado Springs saya pindah ke jalan Hwy 115 ke arah barat daya
menuju kota kecil Penrose yang berjarak sekitar 60 km. Setiba di
Penrose, pindah lagi ke jalan Hwy 50 ke arah barat menuju kota
Canon City yang berjarak sekitar 18 km. Canon City adalah sebuah
kota yang terletak di dataran tinggi pada elevasi 1.630 m di atas
permukaan laut. Kota yang letaknya di keliling kawasan perbukitan
ini jumlah penduduknya sekitar 12.700 jiwa. Cukup ramai.
Keluar dari Canon
City, sekitar 13 km kemudian saya belok ke selatan masuk ke jalan
State Road (SR) 3A. Akhirnya saya tiba di lokasi Royal Gorge
Bridge yang berada sekitar 6 km di ujung jalan SR 3A.
***
Royal Gorge
Bridge adalah nama sebuah jembatan gantung yang cukup terkenal
karena dianggap yang paling tinggi di dunia. Ukuran tingginya
diukur dari bentang jembatannya ke permukaan air sungai Arkansas
di bawahnya, yaitu setinggi 321 m. Sebagai pembanding, jembatan
gantung Brooklyn di New York dan The Golden Gate di San Fransisco
memang lebih besar dan panjang, tapi tidak setinggi Royal Gorge.
Jembatan gantung
Royal Gorge sendiri membentang sepanjang 384 m dengan lebar 5,5 m
menghubungkan kedua sisi ngarai atau jurang yang dindingnya
hampir tegak lurus. Berkonstruksi baja dan kayu pada permukaan
jembatannya yang dapat dilalui kendaraan. Adanya profil alam yang
demikian, menjadikan bentang jembatan ini tampak menarik dan unik
ketika dilihat dari samping agak jauh.
Secara geologis,
aliran sungai Arkansas yang kini berada tepat di dasar ngarai
telah memotong di puncak perbukitan Freemont yang berupa batuan
granite sejak tiga juta tahun yang lalu. Proses erosi sungai
Arkansas yang alirannya cukup deras ini memotong membentuk celah
yang sangat dalam dan menyisakan ngarai yang curam di kedua
dindingnya. Diperkirakan proses pengikisan sungai Arkansas ini
berlangsung rata-rata 30 cm setiap 2.500 tahun.
Turis pertama yang mengunjungi tempat ini adalah suku Indian pegunungan, Utes, yang kemudian disusul dengan suku-suku Indian lainnya dari dataran rendah, antara lain Sioux, Cheyenne, Kiowas, Blackfeet dan Comanche. Rombongan missionaris Spanyol pertama kali datang ke daerah ini pada tahun 1642. Sejarah mulai mencatat ketika pada bulan Desember 1806 Letnan Zebulon Montgomery Pike mencapai sisi timur ngarai. Pada mulanya orang mengenal lokasi ini dengan sebutan Grand Canyon of Arkansas, tapi sejak tahun 1872 masyarakat kota Canon City menyebutnya dengan Royal Gorge.- (Bersambung)
Yusuf Iskandar
Jembatan
gantung Royal Gorge, dilihat dari sisi timur ngarai.
Jembatan
gantung Royal Gorge, dilihat dari sisi timur ngarai.
[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]